Cinta Allah Cinta Ilmu

ilmu1 Ilmu dan Rasa Takut Pada Allah

Mungkin memang benar adanya sebuah pepatah yang mengibaratkan bahwa orang yang berilmu itu selayaknya adalah seperti padi. Semakin ranum padi tersebut maka akan semakin tertunduklah padi itu. Begitu pun dengan ilmu yang dimiliki. Semakin kita mencari ilmu yang hakiki, maka hal itu sewajarnya akan membuat pemilik ilmu tersebut semakin tertunduk, semakin rendah hatinya serta terhindar dari sifat sombong dan semakin takut ia kepada Allah, Pemilik semua Ilmu yang ada. Hal ini sejalan dengan firman Allah:
“Sesungguhnya hanyalah yang takut kepada Allah diantara para hambaNya adalah ulama.” (Fathir:28)
Maksud dari ayat Allah yang mulia ini adalah mereka yang takut pada Allah adalah mereka yang alim atau berilmu. Rasa takut manusia kepada Allah bertingkat-tingkat sesuai dengan kadar keilmuan dan keyakinan seseorang kepada Allah. Semakin bertambah ilmu yang bermanfaat yang dimiliki seorang hamba maka semakin besar pula rasa takutnya kepada Allah. Al Hafizh Ibnu Katsir mengatakan, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah dengan sebenar-benarnya adalah para ulama yang memiliki pengetahuan tentangNya. Hal ini karena setiap kali bertambah pengetahuan seseorang kepada Yang Maha Kuasa, Maha Berilmu, yang memiliki sifat-sifat kemuliaan dengan Asmaul Husna, maka semakin bertambah dan sempurna pengetahuan seseorang kepadaNya. Maka dari itu rasa takut kepadaNya pun bertambah dan akan semakin kuat.”
Al Hafizh Ibnu Rajab menjelaskan bahwa ilmu yang bermanfaat itu memiliki 2 perkara, yaitu:
  1. Ma’rifatullah atau mengenal Allah. Hal ini akan membuat hambaNya menjadi tenang, menumbuhkan cinta, takut, serta harap yang mendalam kepada Allah.
  2. Mengetahui hal-hal yang Allah cintai dan ridhai serta apa yang dibenci dan dimurkaiNya. Akan merasa  mudah dalam menjalankan perintah Allah.
Rasa takut (khasy-yah) merupakan rasa takut kepada Allah yang disebabkan ilmu, sebuah tanda dari ilmu. Rasa ini selalu mengandung sifat berharap (raja’). Jika tidak demikian dia akan menjadi seseorang yang berputus asa dari rahmat Allah. Dan perasaan berharap mengharuskan adanya rasa takut sebab ketiadaan hal tersebut akan menyebabkan seseorang menjadi merasa aman dari kemurkaanNya. Orang-orang yang takut kepada Allah adalah yang mendapat kemuliaanNya, sesuai dengan firmanNya:
“Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.”(QS Al Bayyinah:8)
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa beliau berkata bahwa Ilmu itu bukanlah dengan banyak meriwayatkan hadits, namun ilmu itu adalah khasy-yah. Al-Imam Malik berkata, ilmu itu bukan dengan sekedar banyak menghapal riwayat, namun ilmu adalah cahaya yang diletakkan oleh Allah pada hatiseorang hamba.

Abu Hayyan at-Taimi mengatakan bahwa ulama atau orang yang berilmu itu ada 3, yaitu seorang yang berilmu tentang Allah dan perintah Allah, seorang yang berilmu tentang Allah namun tidak berilmu tentang perintah Allah, serta orang seorang yang berilmu tentang perintah Allah namun tidak berilmu tentang Allah. Yang berilmu tentang Allah dan perintah Nya maka dialah yang yang takut kepada Allah sekaligus mengerti tentang perintahNya, Mereka yang berilmu tentang Allah namun tidak berilmu tentang perintah Allah maka dia adalah orang yang takut kepada Allah namun tidak mengerti akan sunah dan perintahNya. Dan mereka yang berilmu tentang perintah Allah namun tidak berilmu tentang Allah, maka dia adalah orang yang mengerti akan perintahNya namun tidak takut pada Allah. Disinilah pentingnya mengamalkan ilmu yang telah dicari dan didapatkan. Jangan sampai itu hanya tersimpan dalam pikiran namun tidak untuk kita realisasikan.
Sahabat, setelah membaca tulisan di atas,mungkin ada beberapa respon yang muncul di hati para sahabat. Mungkin ada yang merasa telah mencari ilmu dan mengamalkannya, ada yang merasa aman bahwa dirinya telah merasakan takut pada Allah, atau bahkan ada yang merasa bahwa ilmu yang dimiliki masih kurang sehingga masih butuh petualangan untuk mencarinya. Ketahuilah bahwa para nabi, orang-orang saleh, dan para syuhada, memiliki rasa takut yang lebih pada Allah.

Lalu, apa yang harus kita lakukan? Carilah ilmu yang hakiki, berendahhatilah dengan semua yang kita punya. Jangan sampai ilmu itu menjerumuskan kita ke dalam lubang kesombongan. Jika sudah tahu ilmunya maka sebarkanlah dengan berdakwah. Namun dalam berdakwah tetap berhati-hatilah dalam setiap ucapan kita, pastikan setiap yang kita ucapkan memang merupakan perintah Allah dan ada hadits shahih yang mendukung.

“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS As Saff: 2-3)
“Sesungguhnya seorang Mukmin itu melihat dosa-dosanya seolah-olah dia berada di kaki sebuah gunung, dia khawatir gunung itu akan menimpanya. Sebaliknya, orang yang durhaka melihat dosa-dosanya seperti seekor lalat yang hinggap di atas hidungnya, dia mengusirnya dengan tangannya –begini–, maka lalat itu terbang”. (HR. at-Tirmidzi, no. 2497 dan dishahîhkan oleh al-Albâni rahimahullâh)

No comments:

Post a Comment