Mungkin memang benar adanya sebuah pepatah yang mengibaratkan bahwa orang yang berilmu itu selayaknya adalah seperti padi. Semakin ranum padi tersebut maka akan semakin tertunduklah padi itu. Begitu pun dengan ilmu yang dimiliki. Semakin kita mencari ilmu yang hakiki, maka hal itu sewajarnya akan membuat pemilik ilmu tersebut semakin tertunduk, semakin rendah hatinya serta terhindar dari sifat sombong dan semakin takut ia kepada Allah, Pemilik semua Ilmu yang ada. Hal ini sejalan dengan firman Allah:
Maksud dari ayat Allah yang mulia ini adalah mereka yang takut pada
Allah adalah mereka yang alim atau berilmu. Rasa takut manusia kepada
Allah bertingkat-tingkat sesuai dengan kadar keilmuan dan keyakinan
seseorang kepada Allah. Semakin bertambah ilmu yang bermanfaat yang
dimiliki seorang hamba maka semakin besar pula rasa takutnya kepada
Allah. Al Hafizh Ibnu Katsir mengatakan, “Sesungguhnya yang takut kepada
Allah dengan sebenar-benarnya adalah para ulama yang memiliki
pengetahuan tentangNya. Hal ini karena setiap kali bertambah pengetahuan
seseorang kepada Yang Maha Kuasa, Maha Berilmu, yang memiliki
sifat-sifat kemuliaan dengan Asmaul Husna, maka semakin bertambah dan
sempurna pengetahuan seseorang kepadaNya. Maka dari itu rasa takut
kepadaNya pun bertambah dan akan semakin kuat.”
Al Hafizh Ibnu Rajab menjelaskan bahwa ilmu yang bermanfaat itu memiliki 2 perkara, yaitu:
- Ma’rifatullah atau mengenal Allah. Hal ini akan membuat hambaNya menjadi tenang, menumbuhkan cinta, takut, serta harap yang mendalam kepada Allah.
- Mengetahui hal-hal yang Allah cintai dan ridhai serta apa yang dibenci dan dimurkaiNya. Akan merasa mudah dalam menjalankan perintah Allah.
Rasa takut (khasy-yah) merupakan rasa takut kepada Allah yang
disebabkan ilmu, sebuah tanda dari ilmu. Rasa ini selalu mengandung
sifat berharap (raja’). Jika tidak demikian dia akan menjadi seseorang
yang berputus asa dari rahmat Allah. Dan perasaan berharap mengharuskan
adanya rasa takut sebab ketiadaan hal tersebut akan menyebabkan
seseorang menjadi merasa aman dari kemurkaanNya. Orang-orang yang takut
kepada Allah adalah yang mendapat kemuliaanNya, sesuai dengan firmanNya:
“Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga ‘Adn yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha
kepadaNya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut
kepada Tuhannya.”(QS Al Bayyinah:8)
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa beliau berkata bahwa Ilmu itu
bukanlah dengan banyak meriwayatkan hadits, namun ilmu itu adalah
khasy-yah. Al-Imam Malik berkata, ilmu itu bukan dengan sekedar banyak
menghapal riwayat, namun ilmu adalah cahaya yang diletakkan oleh Allah
pada hatiseorang hamba.
Abu Hayyan at-Taimi mengatakan bahwa ulama atau orang yang berilmu
itu ada 3, yaitu seorang yang berilmu tentang Allah dan perintah Allah,
seorang yang berilmu tentang Allah namun tidak berilmu tentang perintah
Allah, serta orang seorang yang berilmu tentang perintah Allah namun
tidak berilmu tentang Allah. Yang berilmu tentang Allah dan perintah Nya
maka dialah yang yang takut kepada Allah sekaligus mengerti tentang
perintahNya, Mereka yang berilmu tentang Allah namun tidak berilmu
tentang perintah Allah maka dia adalah orang yang takut kepada Allah
namun tidak mengerti akan sunah dan perintahNya. Dan mereka yang berilmu
tentang perintah Allah namun tidak berilmu tentang Allah, maka dia
adalah orang yang mengerti akan perintahNya namun tidak takut pada
Allah. Disinilah pentingnya mengamalkan ilmu yang telah dicari dan
didapatkan. Jangan sampai itu hanya tersimpan dalam pikiran namun tidak
untuk kita realisasikan.
Sahabat, setelah membaca tulisan di atas,mungkin ada beberapa respon yang muncul di hati para
sahabat. Mungkin ada yang merasa telah mencari ilmu dan mengamalkannya,
ada yang merasa aman bahwa dirinya telah merasakan takut pada Allah,
atau bahkan ada yang merasa bahwa ilmu yang dimiliki masih kurang
sehingga masih butuh petualangan untuk mencarinya. Ketahuilah bahwa para
nabi, orang-orang saleh, dan para syuhada, memiliki rasa takut yang
lebih pada Allah.
Lalu, apa yang harus kita lakukan? Carilah ilmu yang hakiki,
berendahhatilah dengan semua yang kita punya. Jangan sampai ilmu itu
menjerumuskan kita ke dalam lubang kesombongan. Jika sudah tahu ilmunya
maka sebarkanlah dengan berdakwah. Namun dalam berdakwah tetap
berhati-hatilah dalam setiap ucapan kita, pastikan setiap yang kita
ucapkan memang merupakan perintah Allah dan ada hadits shahih yang
mendukung.
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS As Saff: 2-3)
“Sesungguhnya seorang Mukmin itu melihat dosa-dosanya seolah-olah
dia berada di kaki sebuah gunung, dia khawatir gunung itu akan
menimpanya. Sebaliknya, orang yang durhaka melihat dosa-dosanya seperti
seekor lalat yang hinggap di atas hidungnya, dia mengusirnya dengan
tangannya –begini–, maka lalat itu terbang”. (HR. at-Tirmidzi, no. 2497 dan dishahîhkan oleh al-Albâni rahimahullâh)
No comments:
Post a Comment