Bromo juni 2012

Coba kita lihat awan yang sungguh indah, bergulung-gulung seperti permadani yang seakan bisa diinjakkan dan bisa untuk tidur. Awan bisa bergerak kesana kemari dibawa oleh angin, ia menentukan tempatnya sendiri tanpa keterkondisian.

Andaikan manusia seperti awan, dia akan bebas. Sebuah kebebasan yang dilandasi kesadaran dan tanpa kepentingan, yaitu sebuah kebebasan yang seimbang dan dilandasi cinta penuh pelayanan. Awan juga memberi kita pelajaran tentang kebebasan tanpa penilaian, ia bergerak, berkumpul, bergerak lagi, begitu terus menerus tanpa penilaian apa pun. Oleh karena itu, jika segala tindakan dilakukan tanpa penilaian, tanpa asumsi terlebih dahulu, maka tindakan itu akan menjadi tindakan tanpa pamrih. Dan terakhir yang diajarkan oleh awan adalah kebebasan dengan kepasrahan, kepasrahan disini bukan berarti tindakan tanpa daya upaya, tetapi kita bebas, namun tetap dalam kepasrahan terhadap Tuhan karena kita memahami adanya hukum aksi-reaksi.


Gulungan awan yang membentuk bentangan indah adalah tanpa pamrihnya untuk dipuji. Apa kepentingan awan untuk dikatakan bahwa dirinya terlihat indah? Apa kepentingan awan kalau dirinya terlihat indah, apakah akan ada uang yang diberikan, ataukah kedudukan yang didapatkan? Tidak, awan terlihat indah karena ia memang indah. Ia indah karena dirinya sendiri. Keindahan itu luapan kemerdekaan dan kebebasannya untuk bergerak.
Banyak orang-orang yang menunggangi arti kebebasan ini. Mereka mendirikan perkumpulan baru dengan dalih kebebasan berpendapat. Memang benar, dalam kebebasan kita berhak bersuara apa saja. Tapi terkadang kebebasan yang ada berdasarkan ada kepentingan dan ego, padahal lihatlah apa yang telah diajarkan awan, kebebasannya adalah kebebasan tanpa kepentingan, tanpa ego, dan tanpa beban sakit hati. Dan kebebasan inilah yang akan membawa kepada keindahan. Kebebasan penuh cinta yang mengakibatkan tindakan yang dilakukan akan penuh dengan pelayanan tanpa pamrih. Itulah tiga hal yang didapat dari awan guna memahami diri sebagai pribadi yang melayani tanpa pamrih.
Tapi ada satu hal lagi yang dapat kita ambil dari awan. Saat memandang awan, ia kelihatan tertawa sambil menari, awan hanya terlihat bergulung-gulung dibawa angin menari indah. Awan sedang melayani dengan tariannya yang tak pernah berhenti. Maka dengan demikian, awan mengajarkan kita tentang “Peran Melayani.
Memainkan peran bagi awan adalah tugasnya. Ia tidak pernah berkeinginan menjadi angin, gunung, dan tanah. Awan memainkan diri sebaik-baiknya sesuai dengan fungsi dan peran yang telah ditetapkan untuknya. Ia datang melayani manusia yang kena terik matahari dengan keteduhan. Ia juga datang melayani manusia yang kekeringan dengan menghantarkan hujan.
Apapun pekerjaan kita, bukankah itu merupakan peran yang harus dimainkan dengan sungguh-sungguh. Namun, kadang kita tidak puas, dan merasa ingin mencari yang lebih hanya atas dasar pendapatan yang diterima. Pekerjaan hanya akan menjadi mulia apabila bisa menyadari bahwa lewat apa yang dikerjakan, kita sedang diberi kesempatan oleh Tuhan untuk melayani tanpa pamrih. Kita hidup, kita bebas dan dan kita sadar tentang hal itu. Seperti kata seorang penyair terkenal dari Lebanon, Kahlil Gibran dalam salah satu bukunya:
Hidup tanpa kebebasan ibarat badan tanpa ruh.
Dan kebebasan tanpa kesadaran akan membingungkan jiwa anda.
Kehidupan, kebebasan dan kesadaran adalah tri-tunggal, tiga tetapi satu,
Abadi dan tak pernah musnah.
Akankah kita Menjadi Pribadi Seperti Awan…..?