Antara Impian dan Realitas

Kebanyakan orang mempermasalahkan sesuatu yang idealis haruslah realistis, padahal tidak semua yang idealis itu realistis, dan tidak semua yang realistis itu idealis. Banyak orang yang mengatakan bahwa kehidupan ini adalah sebuah realita dan sangat jauh dari yang namanya mimpi dan angan-angan, sehingga kemudian mereka mengatakan:

“Realistislah dalam hidup, hidup itu bukanlah dunia khayalan. Jangan bermimpi terlampau tinggi…” dan ungkapan senada lainnya.

Ada seseorang miskin yang ingin menjadi dokter bedah, dia sudah punya modal kecerdasan otak, tapi terkendala masalah biaya. Ini merupakan konflik antara idealis dan realistis. Jika seseorang yang bermimpi ingin mencapai kenginannya maka harus memegang prinsip yang ingin dicapai dari dulu, dan jangan selalu tertuju pada keadaan yang ada pada dirinya.

Banyak orang yang justru pesimis terhadap apa yang mereka cita-citakan karena tidak sesuia dengan keadaan mereka, baik itu karena terpengaruh apa yang ada di dalam hatinya (interen) atau pun bisa juga ada pihak dari luar yang sengaja atau tidak sengaja menurunkan semangat orang lain, sehingga ia menghilangkan idealismenya yang sudah dibangun. Memang raelistis itu penting, tapi sepanjang tidak menurunkan motivasi dan niat yang sudah tertanam kokoh dalam jiwa. Sebenarnya fungsi dari berfikir idealis itu untuk memberi semangat pada diri sendiri agar menempuh proses/cara agar apa yang difikirkan itu tercapai, serta apabila berhasil maka apa yang dinginkan bisa tercapai, jika tidak tercapai, minimal bagian pokok yang diinginkan bisa tercapai.

Di satu sisi saya sependapat bahwa hidup adalah realitas, namun di sisi lain saya tidak sependapat bahwa memiliki impian yang tinggi hanyalah aktivitas buang-buang waktu semata. Sejarah peradaban manusia tidak bisa dilepaskan dari peran impian (cita-cita) sebagai langkah awalnya. Banyak sosok-sosok luar biasa yang berhasil mencapai titik-titik kemahsyuran kehidupannya dengan mewujudkan impian-impian yang sebelumnya terkesan mustahil di mata orang lain.

Wright bersaudara sempat dicap sebagai orang gila dan pembual ketika mereka ingin membuktikan bahwa teknologi untuk terbang seperti burung di angkasa akan dapat diciptakan oleh manusia suatu hari nanti. Sebuah impian yang mustahil kala itu, bagaimana mungkin benda yang yang begitu berat bisa terangkat ke udara layaknya burung yang jauh lebih ringan.

Ketika Wright bersaudara berhasil meluncur dengan pesawat sederhana bermesin ganda, semua orang terbelalak kaget, seolah mereka dipaksa menjilat air ludah yang telah mereka ludahkan sendiri. Dan dari sanalah kemudian teknologi modern pesawat terbang berkembang begitu pesatnya hingga menjadikan mudah sebuah perjalanan jauh untuk ditempuh Itulah kekuatan sebuah mimpi.

Adalah seorang lelaki mulia yang pernah hidup di jazirah Arab lebih dari 1400 tahun yang lalu. Ia dianggap gila dan berbahaya oleh penduduk kampung bernama Thaif, beramai-ramai penduduk melontarkan batu-batu kepadanya hingga mengucurlah darah dari kakinya akibat lemparan itu. Hari itu ia memilih untuk menahan diri untuk mewujudkan sebuah cita-cita, mengajarkan risalah akan kesempurnaan Allah SWT di seluruh penjuru dunia, ia-lah Muhammad SAW.

Ketika tertatih-tatih meninggalkan Thaif, datanglah malaikat penjaga gunung kepadanya dan menawarkan untuk menimpakan gunung di atas Thaif. Namun Rasulullah tetap konsisten dengan “impian”-nya untuk mengemban amanah ilahi dan bukan larut dalam kesedihan dan kemarahan, oleh ulah penduduk Thaif, sehingga ia justru berkata:

“Semoga Allah mengampuni mereka. Bila hidayah tidak turun kepada mereka, mungkin hidayah akan turun pada anak cucu mereka”

Subhanallah…
Ternyata, orang-orang yang sukses dalam mencapai dan mewujudkan impiannya adalah mereka yang konsisten dengan usahanya meraih impiannya itu dan tidak tergoyahkan oleh cobaan serta ujian yang menerpanya.

Bagi mereka, impian-impian besar yang mereka miliki adalah sebuah ikhtiar bahwa kehidupan ini akan begitu indahnya apabila diisi dengan mewujudkan impian-impiannya. Mereka ingin menjadi bukti, dan bukan sekedar menunggu bukti.

Tentu, realistis adalah hal yang diperlukan dalam kehidupan, namun jika kurang tepat memandang realita maka Anda hanya akan terjebak di sana dalam waktu yang lama.

Seperti yang tertera dalam filosofi: "Mimpi yang tinggi itu hanya omong kosong apabila tidak dibarengi usaha, tetapi bekerja tanpa mimpi yang tinggi ibarat berjalan tanpa arah"

“Bukan impian yang harus menyesuaikan dengan kemampuan Anda, tapi Anda sendiri yang harus bisa menyesuaikan kemampuan untuk mencapai impian-impian luar biasa yang telah Anda tuliskan. Itulah hakikat “menuliskan” dan mencapai impian”(Pembuat Jejak)

Ketika Anda menuliskan impian-impian Anda, segera sadari dan rinci syarat-syarat apa yang harus Anda penuhi agar impian itu terwujud. Karena impian-impian yang Anda tuliskan itu hanya akan menjadi tulisan saja ketika Anda tidak tahu dari mana memulai mengusahakan agar tercapai. Sederhananya begini…

Jika Anda memiliki impian ingin sekolah ke Jepang, maka syarat yang harus Anda penuhi adalah mendaftarkan diri dalam sebuah program yang bisa membuka jalan Anda ke Jepang. Jika Anda diam saja dan berharap mimpi yang Anda tuliskan itu terwujud dengan sendirinya, itu baru yang namanya bermimpi untuk membuang-buang waktu saja.

Dan… perlu Anda sadari… semakin tinggi sebuah pohon tumbuh, akan semakin kencang angin yang meniup puncaknya. Impian yang tinggi resikonya ketika “jatuh” pasti akan sakit, Impian besar tanggung jawabnya juga besar. Itu sudah sunnatullah, karena dengan “ujian-ujian” itulah sebuah impian ketika tercapai menjadi sebuah nikmat yang luar biasa yang harus kita syukuri.

Tidak ada yang perlu ditakuti untuk bermimpi setingi-tingginya dan seideal-idealnya, karena dari mimpi itulah sekecil apa pun dan selemah apa pun manusia bisa hidup di dunia. Mungkin pada saat ini, seseorang belum dapat manfaat dari mimpi yang dia tanam, tapi kelak dia akan merasakan mimpi yang dia bangun.

Itu hanyalah gambaran sekilas antara realistis dan idealis, dan masih banyak hal yang bisa dikaitkan dengan dua hal tersebut.

"Bermimpilah, niscaya Tuhan akan memeluk mimpi itu" (Aray sang pemimpi)"

Bersyukurlah atas apa yang Anda dapatkan kini, karena diluar sana masih banyak yang tidak seberuntung Anda. Sukses selalu :)

No comments:

Post a Comment