Uhibbukunna Fillah

Terinspirasi sebuah status dari seorang teman :

"hidup itu bagai membaca buku (novel)
ada banyak judul kisah di dalamnya
kita harus membacanya sampai akhir untuk tau bagaimana kisah sesungguhnya
ada tokoh yang hanya muncul dalam satu judul,
tapi ada juga tokoh yang muncul dalam beberapa judul
atau bahkan sampai akhir cerita
yang pasti, setiap judul punya andil dalam mengarahkan cerita itu.."



Teman, hari demi hari datang dan pergi silih berganti. Banyak jenis warna hidup yang kita temui. Beraneka karakter insan yang kita bersamai. Begitu pula dengan cuaca serta iklim yang menyelingi. Kita tidak dapat memastikan panas berkepanjangan sepanjang siang. Tidak pula kita yang menentukan kapan hadirnya hujan yang membasahi bumi. Malam pun begitu. Tidak selamanya bebintang terlihat berkelipan. Pada masanya, purnama menunjukkan pribadinya yang mempesona. Hingga tahulah kita bahwa ternyata, silih bergantinya tampilan alam, memberikan kita bahan pelajaran. Untuk kita pahami dengan sebaik-baiknya. Agar, kita dapat memetik kembang-kembang hikmah yang bermekaran,  dari alam-Nya.
 
Adalah fitrah dan kebutuhan asasi manusia menjalani hidup bersama orang-orang yang dicintai dan mencintai. Bersama mereka kita akan saling menguatkan dan mendukung saat kita jatuh. Menghapus air mata saat kita bersedih. Mengulurkan bantuan saat kita susah. Memancing tawa dengan pelbagai kelakar dan kisah jenaka. Sehingga yang berat menjadi ringan, yang susah menjadi mudah, dan yang pahit menjadi manis. Demikianlah berkat cinta dan persahabatan.

Saudara atau sahabat dalam perjalanan kehidupan ini bagaikan garam dalam masakan. Tanpanya hidup akan terasa hambar. Tanpa cinta dan persahabatn ini hidup tentu tidak ada dinamika dan akan terasa gersang.

Persaudaraan ini akan kian bermakna lagi apabila berada dalam satu mozaik indah beridentitas Islam. Karena dengannya segala perbedaan kelas sosial, ragam suku, bahasa, budaya, negara, politik hingga nuansa pemikiran dan rasa akan lebur menjadi satu pelangi yang indah dan tak terpisahkan. Dan seperti pinta Nabi Musa as, persaudaraan atau pertemanan ini akan menjadi peneguh kekuatan dan teman dalam memuji dan mengingat-Nya. Subhanallah, begitulah indahnya bersaudara dalam Islam.
Masih segar di ingatan, belasan tahun yang lalu hal yang tidak akan berhenti aku syukuri bahwa aku diberikan sahabat-sahabat yang baik. Sahabat yang meskipun tidak sempurnah (karena memang tidak ada orang yang sempurna kan?) tapi mereka mampu menjadi Harun bagi Musa. Peneguh bagi kekuatan dalam urusan memuji dan mengingat nama-Nya. Alhamdulillah! Suatu karunia yang tidak terhingga. Apalagi dalam masa-masa yang kata orang masa pencarian jati diri, masa-masa remaja yang penuh gejolak.

Bersamanya kami mencoba meniti jalan hidayah. Membenahi diri setapak demi setapak. Melalui satu wadah bernama tarbiyah. Meskipun langkah kadang surut setapak bahkan bertapak-tapak. Tapi selalu ada sahabat yang menarik agar langkah kembali sejajar.

Masih terngiang di telinga saat suara pintu digedor oleh sahabat. Jadwal tarbiyah hari itu, tapi kantuk menguasai diri, rasa malas mendominasi perasaan, langkah terasa berat untuk diajak ke tempat tarbiyah. Setengah hati bahkan kadang dengan perasaan gondok di hati, langkah terpaksa diseret juga.
Kemudian secara perlahan rutinitas ini menjadi kegiatan yang mendominasi waktu luang di sela-sela padatnya masa perkuliahan yang ada. Selain kegiatan rutin mingguan, seminar-seminar keIslaman hingga tabligh akbar bulanan sudah menjadi agenda kami. Hingga masa itu tiba. Masa di mana kami harus berpisah. Masa perkuliahan sudah usai, satu-satu melanjutkan perjalanan hidup dengan rencana masig-masing. Dan perpisahan pun tak terelakkan.

Begitulah pertemuan. Sudah tentu ada masanya berpisah, meninggalkan atau ditinggalkan mereka. Seperti yang aku alami ketika pertama kali diajak merantau oleh suami. Awalnya terasa sangat berat! Bagaimana mungkin berpisah dengan sahabat-sahabat yang selama ini selalu dekat. Apalagi persahabatan itu lebih bermakna lagi dengan sebuah ikatan bernama ikatan ukhuwah Islamiah.
Tapi kemudian aku mengerti bahwa hidup ini tak ada yang abadi dan tetap. Begitu juga dengan persahabatan. Seiring dengan pergantian bulan dan tahun, sahabat datang silih berganti. Ada yang pergi, ada yang datang, ada yang datang kembali dan ada juga yang pergi selamanya.

But life must go on! Langkah pun harus diteruskan. Meskipun harus berpisah dan jauh dari sahabat. Setelah sekian lama merantau, ada satu hal lagi yang kusadari bahwa selalu ada sahabat sejati! Begitulah kenyataan yang kujalani. Setelah beberapa kali berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Di tempat yang baru, kembali kutemukan sahabat dan teman berbagi. Sahabat yang lain kembali hadir dan menjadi teman mengisi hari. Hingga aku menarik kesimpulan bahwa di mana pun kita berada selalu akan ada sahabat yang bisa diajak berbagi. Begitu juga selalu ada kenangan yang tertinggal. Dan aku selalu besyukur karena Allah selalu menyatukan aku dengan sahabat yang baik.
Sahabat selalu ada, itu yang aku yakini. Tapi sahabat yang bagaimana yang kita pilih. Di sekitar kita berbagai jenis orang dapat kita jadikan sahabat. Dan jangan lupa bahwa sahabat dapat menjadi sahabat dalam kebaikan atau dapat pula menyesatkan. Jangan sampai apa yang kita bina bersama sahabat lama kembali hancur karena pengaruh sahabat-sahabat yang datang kemudian. Dan ini menurutku adalah pilihan. Meskipun aku yakin bahwa hidayah itu datangnya dari Allah. Tapi sedikit banyaknya pengaruh sahabat atau teman yang kita pilih akan sangat menentukan corak kehidupan yang kita jalani.

Teman, seiring dengan perjalanan waktu, kita akan menyadari, tentang makna kehadiran diri. Tentang kehadiran kita saat ini. Tentang berbagai warna hidup yang kita alami. Baik untuk keadaan yang kita senangi, maupun keadaan yang membuat kita kembali mengalirkan pikir lebih jauh.
Pada suatu waktu, kita berjumpa dengan apa yang selama ini hanya ada dalam harapan saja. Nyata-nyata, dan terlihat dengan tatapan mata yang sedang memandang. Ya, adakah kita mensyukuri atas segala yang sebelumnya kita harapkan terjadi dan kita mengalami saat ini? Begitu pula dengan kesabaran yang perlu kita pupuk pada saat yang tepat. Karena kita tidak pernah tahu, melalui kehadiran siapa, kita belajar untuk bersabar. Kita tidak dapat menerka-nerka, saat berinteraksi dengan siapa, kita mengalami pendewasaan diri. Iya, kita jalani apa yang terjadi, tanpa henti memetik kembang hikmah darinya. Kita hidupkan hari, dengan terus menata niat, untuk keperluan apa kita berbuat? Untuk kepentingan siapa kita bersikap? Sehingga kita kembali mau menyadari, sadar dan tersadari setiap saat. Semoga hanya yang terbaik yang kita perbuat, terhadap siapapun yang kita bersamai. Karena, tidak selamanya kita bersama, dalam kondisi dan suasana yang sama. Akan ada kabar yang lebih membahagiakan jiwa, di hadapan. Saat kita mau berjuang untuk menjemputnya.

Karena itu satu hal yang aku pahami bahwa sahabat boleh saja datang silih berganti tapi sahabat yang dipilih haruslah senantiasa sahabat yang bisa diajak menciptakan ukhuwah Islamiyah. Karena ini merupakan satu kekuatan dalam mewujudkan dan mengetengahkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan. Dan sebagai muslim yang baik, kita juga perlu memahami bahwa setiap pribadi-pribadi muslim juga adalah seorang da’i yang punya kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar.
Terakhir sekali semoga kita mendapat pelajaran dari setiap perjalanan hidup kita dan semoga ukhuwah yang sudah ada akan semakin harmonis. Terima kasih aku ucapkan kepada semua sahabat yang telah hadir dalam hidup aku. Sesungguhnya sahabat, bersamamu aku kuat!
 

No comments:

Post a Comment