Generasi Rabbani #4


"Dedicated to my lovely husband"

Suamiku, tak terasa satu bulan lebih kita merenda kisah pernikahan ini. Bak disiram hujan bunga-bunga kasih bermekaran di tetaman hati. Setiap harinya semakin merekah. Semerbak harumnya senantiasa kurindu jika beberapa jenak harus berpisah denganmu. Kehadiranmu seakan mentari yang menghangatkan langit di tetaman jiwa. Meski, perjalanan kisah kita tak selalu manis, tak pernah muncul sesal mengikrarkan janji setia bersama mu. Karena kaulah orang yang Allah pilihkan untukku.

Suamiku, kini saat ku membuka mata pertama kali yang kulihat adalah wajahmu yang begitu kucintai. Teringat saat dulu kita rancang pernikahan ini, berjuta cita akan kisah rumah tangga tergambarkan dalam benak. Kuingin menjadi istri sholihah yang membuatmu senang saat menatapku dan membuatmu tenang saat meninggalkanku sejenak. Kuingin menjadi ustadzah bagi anak-anak kita, anak-anak yang kelak menjadi generasi harapan negeri ini. Kuingin menguatkanmu menjejaki jalan dakwah ini layaknya Khadijah yang senantiasa berada di samping Rasulullah SAW.

Suamiku, indahnya ta’aruf sejati bersamamu. Berjuta kejutan kutemui dalam langkah yang telah terjejak. Kutemukan indahnya kala senyuman merekah di bibirmu. Percayalah, engkau adalah lelaki yang paling tampan dalam hidupku. Kala manisnya canda menyapa jiwa, semuanya terasa indah.

Suamiku, sungguh aku mencintaimu karena Allah… Begitu berat kukatakan mencintaimu karena-Nya. Sungguh sangat berat… Karena nyatanya aku masih gagap dengan makna itu. Bahkan aku masih mengeja makna prioritas cinta yang Allah firmankan:
“Katakanlah: “jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (At-Taubah: 24)

Suamiku, sungguh aku ingin mencintaimu sesuai kadarnya. Tak ingin cinta padamu meniadakan cinta pada-Nya. Tak ingin pula cinta padamu mematikan cinta pada jihad di jalan-Nya. Malu rasanya diri ini saat mengingat kembali amalan yaumiyah selama sebulan ini. Tilawah kita, qiyamul lail kita, dhuha kita, shaum sunnah kita, dzikir kita… Ya Allah… Sering kali semuanya lalai saat bersamamu. Seringkali terlena saat bercengkrama bersamamu.

Samiku, maafkan aku jika lemahnya imanku mempengaruhimu juga.. Mari kita kembali tata bangunan rumah tangga dakwah full barakah itu… Mulai dari hari ini… Karena kuingin kau tak hanya menjadi kekasih di dunia, namun juga di akhirat. Mari kita kembali mengeja prioritas cinta itu…
                                                                                                          
Dengan Penuh cinta
Istrimu,

No comments:

Post a Comment